Airmata

Airmata, bisa mewakili apa saja; sedih, pedih, haru dan bahkan bahagia. Susi Susanti meluapkan kebahagiaan emas olimpiade 1992 dengan airmata, Barrack Obama mengekspresikan kepiluannya usai massacre di sebuah sekolah di Connecticut dengan bulir airmata.

 Pada tingkat yang lebih sehari-hari; seorang ibu yang melihat anaknya diterima jadi PNS berurai airmata, seorang suami yang mandapati istrinya selingkuh juga mengekspresikannya dengan airmata. Airmata melekat pada tiap manusia, tak peduli laki-laki atau perempuan. Dewi Shinta menangis, begitupun Hanoman. Susi Susanti menangis, begitu pula Alan Budikusuma, Suharto yang "nyaris setengah dewa" pun menangis melepas istri tercinta. Airmata diciptakan seperti ramuan mujarab; pelepas sedih, perlambang bahagia. Bahkan untuk yang paling biologis; airmata bisa membersihkan mata. How important tear for human being...

Airmata pada tiap kehadirannya selalu menyangkut hal yang luar biasa. Sedih yang luar biasa atau bahagia yang tak terucap. Tapi jangan lupa airmata juga bisa hadir saat-saat biasa saja; nonton film india misalnya, atau opera sabun, atau saat mata kecolok. Tapi airmata selalu membawa tanda tanya. Tiap kali kita melihat airmata menetes, secara otomatis kita bertanya; apa yang terjadi ? Tidak demikian dengan senyum, senyum hal biasa hadirnya tak selalu mengundang tanda tanya. Karena senyum itu barang obral, tidak demikian dengan airmata. Atau jangan-jangan airmata juga telah diobral ?

 image by huzer aprianayah

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Antagonist is me...

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger