Rumahku istanaku, begitu idealnya hidup. Rumah dalam
konteks fisik haruslah memenuhi syarat daya tahan, keindahan dan juga daya jangkau.
Sedangkan dalam konteks psikologis, rumah harus bisa membawa suasana tenteram
dan menyenangkan bagi penghuninya.
Tulisan ini tak akan membahas semen dari aspek
psikologisnya, karena tiap kita punya standar yang berbeda-beda. Justru lebih
mudah dan terukur membahas rumah dari aspek fisiknya. Aspek fisik akan sangat
menentukan kualitas kehidupan di dalamnya. Banyak diantara kita yang sejauh ini
masih mendamba kehadiran sebuah rumah sebagai tempat berteduh dan berbagi kisah
dengan keluarga.
Di awal tulisan disebutkan, paling tidak ada tiga
syarat yang harus dipenuhi sebuah rumah bagi sebuah keluarga; daya tahan, daya
jangkau dan keindahan. Salah satu bahan bangunan yang akan sangat menentukan
tiga syarat tersebut adalah perekat atau biasanya kita kenal dengan sebutan
semen. Mengapa perekat menjadi sangat penting perannya ?
Pertama,
perekat sangat menentukan kualitas dan daya tahan dari sebuah bangunan.
Biasanya kerekatan sebuah rumah ditentukan dari kualitas perekatnya. Kerap kita
melihat rumah atau bangunan yang belum lama dibangun tapi dinding, lantai atau
bahkan pondasi yang sudah retak. Hal ini bisa disebabkan karena faktor alam
(kondisi tanah atau bencana misalnya) tapi di luar faktor itu, kualitas perekat
jadi faktor penentu.
Kedua,
perekat atau semen adalah item belanja dalam pembangunan rumah atau bangunan
lain yang sangat dominan dari sisi anggaran. Jika kualitas perekatnya tak baik,
maka kerugian secara finansial akan sangta tinggi. Artinya aspek daya jangkau
rumah atau bangunan tersebut menjadi rendah.
Ketiga,
kualitas perekat juga menentukan aspek kesehatan penghuni rumah atau bangunan.
Nah, sebagai orang yang tengah mewujudkan mimpi
membangun rumah, saya berharap ke depan perekat bangunan tidak hanya berkualitas
dari aspek daya tahan, tapi juga ramah lingkungan dan ramah anggaran.
Selama ini jika membincang industri semen, yang
terpikir adalah sebuah proses produksi yang panjang dimana aspek lingkungan
bukan menjadi pertimbangan. Kemudian aspek kesehatan konsumen kerap diabaikan.
Untunglah industri semen di Indonesia belakangan ini telah mencoba
mengedepankan aspek sustainable industry
dan juga sustainable cement initiative
ke dalam core bisnis mereka.
Ke depan tak ada pilihan lain bagi industri semen
kita, harus mengedepankan aspek tersebut. Paling tidak ada beberapa hal yang
bisa dilakukan industri perekat bangunan agar ramah lingkungan :
Pertama,
bahan baku pembuatan perekat bangunan semakin lama semakin langkah dan
keberadaan bahan baku biasanya beririsan dengan lokasi lindung yang kaya akan
keanekaragam hayati dna bertopografi unik. Maka, bahan baku alternatif seperti
lumpur layak dicobakan.
Kedua,
proses eksplorasi, produksi dan distribusi perekat bangunan telah berkontribusi
bagi peningkatan emisi CO2. Maka, industri semen harus melimitasi secara
siginifikan penghasilan CO2 dari proses industri mereka. Misalnya dengan
mencoba menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, bio-diesel atau juga dengan
mencoba pola distribusi dengan transportasi yang ramah lingkungan.
Ketiga,
wilayah pasca operasi bahan baku semen harus dihijaukan kembali. Hal ini untuk
memastikan bahwa dampak ekologis industri semen bisa ditekan. Terutama
menyangkut keragaman biodiversitas sebuah wilayah.
Keempat,
penerapan FPIC (Free Prior Inform
Consent) terhadap komunitas (masyarakat) yang ada di sekitar lokasi
penambangan dan juga lokasi produksi mutlak dilakukan. Dukungan komunitas
terhadap industri adalah penting, mengingat pelibatan komunitas bisa untuk
melimitasi potensi dampak lingkungan.
Komunitas adalah early warning alarm jika proses industri semen berdampak buruk bagi
lingkungan dan masyarakat. Jika dampak itu terdeteksi lebih awal, maka langkah
pencegahan bisa dilakukan. Di samping itu komunitas biasanya jauh lebih
memahami karakter sebuah wilayah yang telah mereka huni dari generasi ke
generasi, maka pengetahuan lokal menjadi mutlak untuk menentukan strategi
industri yang ramah lingkungan.
Kelima,
industri semen harus mampu mengedukasi konsumennya agar bisa menggunakan
perekat bangunan secara efektif dan ramah lingkungan. Semakin sedikit semen
yang terbuang dalam proses penggunaannya, maka semakin kecil dampaknya terhadap
lingkungan.
Pada akhirnya, hal-hal di atas dapatlah kita sebuah
sebagai green initiative dalam
industri semen di Indonesia. Masa depan bumi sangat ditentukan oleh perilaku
kita hari ini.
Sebuah langkah menarik dilakukan oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk yang merupakan produsen semen tiga roda yang mencoba
menjadikan lumpur lapindo sebagai bahan baku alternatif bagi produk perekat
bangunan mereka. Hal ini menjadi menarik karena disamping bentuk pemecahan
masalah juga bentuk inisiatif yang ramah lingkungan. Edukasi terhadap konsumen
juga gencar dilakukan entitas bisnis satu ini.
Kita nantikan saja sepak terjang industri semen kita
dalam menjawab tantangan masa depan. Sebuah industri yang terus menerus
mendorong green initiative dengan
produk yang berkualitas serta ramah lingkungan.
Sumber foto : www.sementigaroda.com